Oleh : Adnan M. Baralemba *)
SELAMAT tinggal Kurikulum Merdeka, dan selamat datang Kurikulum Deep Learning. Demikian ungkapan di media sosial.
Berbicara tentang kurikulum, maka orientasi pikir kta tertuju pada sesuatu yang memuat seluruh program yang akan diselenggarakan di sekolah meliputi program intrakurikuler, kookurikuler, dan ekstrakurikuler termasuk budaya sekolah.
Semua program tersebut diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan harapan agar anak Bangsa Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang Mahe Esa, Ber-ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi). Terampil, cerdas, kompetitif dan siap menghadapi persaingan global.
Dalam mengimplementasikan kurikulum, maka berbagai pikiran cerdas oleh pemikir kita terutama bagaimana pendekatan yang harus dilakukan dalam rangka upaya mencapai harapan tersebut. Pendekatan adalah strategi guru dalam melakukan pembelajaran sehingga peserta didik mudah memahami dan menguasai konten yang sedang dibelajarkan.
Contohnya Contextual Teaching and Learning, Pembelararan Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan, SAINTIFIK, Keterampilan Proses, dan pada kurikulum merdeka difokuskan pada Pembelajaran Berdifferensiasi, di mana bahwa peserta didik dalam satu kelas ternyata memiliki profile beragam diantaranya pengetahuan awal, minat, motivasi, dan gaya belajar.
Misalnya ada anak yang gaya belajarnya auditori, visual dan kinestetik. Di sini guru harus memahami peserta didiknya agar mereka bisa terlibat aktif saat pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran guru harus memahami apa yang dikenal dengan differensiasi konten, proses dan produk.
Ketika Mendikdasmen memberi bocoran terkait implementasi kurikulum dan mengungkapkan ide “Deep Learning”. Ide/gagasan tersebut langsung dipublis dan disebarkan sebagai ” Kurikulum Deef Learning” Pada dasarnya Deef Learning merupakan pendekatan yang beliau ingin wujudkan dimasa jabatannya.
Kalau pada kurikulum Berbasis Kompetensi dikenal beberapa pendekatan antara lain Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif Menyenangkan disingkat PAKEM, pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning disingkat CTL, serta pendekatan SAINTIFIK yang dilanjutkan hingga Kurikulum 2013. Pada saat Kurikulum Merdeka menekankan pada pendekatan pembelajaran berdafferensiasi, dengan tidak mengabaikan pendekatan yang diberlakukan pada kurikulum 2013.
Kaitan dengan Deep Learning, gagasan ini berkeinginan agar guru dalam melaksanakan pembelajaran penekankan pada 3 fakor, yaitu Mindful Learning (Pembelajaran berkesadaran), Meaningful Learning (pembelajaran bermakna) dan Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan). Mindful Learning mendorong siswa utk aktif berdiskusi dan bereksperiman, meaningful learning mengajak siswa untuk memahami alasan tiap konten pembelajaran, dan ini efeknya membangun pengalaman belajar yang joyful.
Jika diperhatikan, pada dasarnya deep learning sebuah transformasi pembepajaran bermutu untuk semua, yang dikenap “Pembelajaran Mendalam disingkat PM”.
Apa Pembelajaran Mendalam?
Definisi: Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika),dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.
Pembelajaran Mendalam sebagai Solusi. Pembelajaran Mendalam memiliki “prinsip Berkesadaran, Bermakna, Menggembirakan dan meyakini bahwa setiap individu peserta didik memiliki potensi pikir, hati, rasa dan raga sehingga mereka mampu melakukan Olah Pikir,Olah Hati, Olah rasa dan Olah raga sehingga tumbuh dan berkembang profil lulusan 8 dimensi.
Delapan Dimensi Profil Lulusan dimaksud adalah, Pertama, Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME. Individu yang memiliki keyakinan teguh akan keberadaan Tuhan serta menghayati nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, Kewargaan. Individu yang memiliki rasa cinta tanah air, mentaati aturan dan norma sosial dalam kehidupan bermasyarakat, memiliki kepedulian, tanggung jawab sosial, serta berkomitmen untuk menyelesaikan masalah nyata yang terkait keberlanjutan manusia dan lingkungan.
Ketiga, Penalaran Kritis. Individu yang mampu berpikir secara logis, analitis, dan reflektif dala mmemahami, mengevaluasi, serta memproses informasi untuk menyelesaikan masalah. Keempat, Kreativitas. Individuyangmampuberpikirsecarainovatif, ?eksibel, dan orisinal dalam mengolah ide atau informasiuntukmenciptakansolusiyangunikdan bermanfaat Kelima, Kolaborasi. Individu yang mampu bekerjasama secara efektif dengan orang lain secara gotong royong untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian peran dan tanggung jawab.
Keenam, Kemandirian. Individu yang mampu bertanggungjawab atas proses dan hasil belajarnya sendiri dengan menunjukkan kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, dan menyelesaikan tugas secara tepat tanpa bergantung pada orang lain.
Ketujuh, Kesehatan. Individu yang memiliki fisik yang prima, bugar, sehat, dan mampu menjaga keseimbangan kesehatan mentaldan fisik untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin (well-being). Kedelapan, Komunikasi. Individu yang memiliki kemampuan komunikasi intrapribadi untuk melakukan refleksi dan antarpribadi untuk menyampaikan ide, gagasan, dan informasi baik lisan maupun tulisan serta berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi.
Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam
Untuk mewujudkan delapan dimensi lulusan, maka kerangka kerja pembelajaran yang melingkupi pengalaman belajar adalah praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, pemanfaatan digital, dan kemitraan pembelajaran. Pengalaman belajar dimaksud meliputi memahami, mengaplikasi dan merefleksi, dengan menerapkan prinsip pembepajaran berkesadaran, bermakna dan menggembirakan. Kesemuanya secara singkat diulas seperti di bawah ini.
Prinsip Pembelajaran Berkesadaran
Pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Peserta didik memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsic untuk belajar, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.
Prinsip Pembelajaran Bermakna
Peserta didik dapat menerapkan pengetahuannya kedalam situasi nyata. Proses belajar peserta didik tidak hanya sebatas memahami informasi/penguasaan konten, namun berorientasi pada kemampuan mengaplikasi pengetahuan.
Prinsip Pembelajaran Menggembirakan
Pembelajaran yang menggembirakan merupakan suasana belajar yang positif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi. Rasa senang dalam belajar membantu peserta didik terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat, dan menerapkan pengetahuan.
Pengalaman belajar
Memahami tahap awal peserta didik untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri dari pengetahuan esensial (foundational knowledge), pengetahuan aplikatif (applied knowledge), dan pengetahuan nilai dan karakter (humanistic knowledge).
Mengaplikasi
Pengalaman belajar yang menunjukan aktivitas peserta didik mengaplikasi pengetahuan dalam kehidupan secara kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik melalui pendalaman pengetahuan (extending knowledge).
Merefleksi
Proses dimana peserta didik mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yang telah mereka lakukan. Tahap refleksi melibatkan regulasi diri (self regulation) sebagai kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri. Meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap cara belajar mereka.
Kerangka Pembelajaran Praktik Pedagogis
Strategi mengajar yang dipilih guru untuk mencapai tujuan belajar dalam mencapai dimensi profil lulusan. Untuk mewujudkan pembelajaran mendalam guru berfokus pada pengalaman belajar peserta didik yang autentik, mengutamakan praktik nyata, mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kolabor.
Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan pembelajaran menekankan integrasi antara ruang fisik, ruang virtual, dan budaya belajar untuk mendukung pembelajaran mendalam. Ruang fisik dan virtual dirancang fleksibel sebagai tempat yang mendorong kolaborasi, refleksi, eksplorasi, dan berbagi ide, sehingga dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar peserta didik dengan optimal.
Pemanfaatan Teknologi Digital
Pemanfaatan teknologi digital juga memegang peran penting sebagai katalisator untuk menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan kontekstual. Tersedianya beragam sumber belajar menjadi peluang menciptakan pengetahuan bermakna pada peserta didik.
Kemitraan Pembelajaran
Kemitraan pembelajaran (learning partnerships) membentuk hubungan yang dinamis antara guru, peserta didik, orang tua, komunitas, dan mitra profesional. Pendekatan ini memindahkan kontrol pembelajaran dari guru saja menjadi kolaborasi bersama.
Jadi, transformasi peran guru dalam ekosistem Pembelajaran Mendalam yang akan dilakonkan guru yakni guru harus berperan sebagai activator (penggerak), collaborator (kolaborator) dan Culture Builder (Pembangun Budaya).
*) Penulis adalah Pelatih Ahli/Fasilitator Program Sekolah Penggerak, Kemendikbud RI Wilayah BGP Sulawesi Tengan dari Unsur Praktisi Pendidikan.