RSUD Undata Segera Miliki Gedung Bunker Radioterapi

117
DISKUSI - Kamil Badrun menjadi host dalam diskusi tentang pelayana rumah sakit umum daerah bersama Direktur RSUD Undata drg Hery Mulyadi, beberapa waktu lalu

PALU – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata terus berupaya meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat Sulteng. Hal ini juga bertujuan untuk mewujudkan visi – misi Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dalam bidang kesehatan.

Salah satu upaya yang dilakukan pihak RSUD Undata yakni melakukan MoU dengan 3 Rumah Sakit sekaligus, di antaranya Rumah Sakit Jantung Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) dan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON). Dia menyebutkan, dalam kerjasama itu ada tiga pelayanan yang akan dikembangkan, yakni pelayanan penyakit jantung, kanker dan otak. Hal itu juga katanya guna bisa mengakomodir pasien yang mengidap penyakit tersebut.

Hal itu diungkapkan drg Hery Mulyadi saat menjawab pertanyaan H Kamil Badrun AR , dalam Kabar68 Podcast yang diupload di akun youtube Graha Kabar68. Menurut drg Hery, dalam kerjasama itu ada tiga pelayanan yang akan dikembangkan, yakni pelayanan penyakit jantung, kanker dan otak. Hal itu juga katanya bisa mengakomodir pasien yang mengidap penyakit tersebut.

“Kita kerjasama terus. Maka dikirimlah caloncalon untuk menangani pelayanan tersebut. Alat-alat kami sebenarnya sudah canggih, tapi memang belum digunakan, karena SDM, jadi sekarang SDM kita sekolahkan dengan biaya pusat maupun daerah dan BLU, termasuk perawat anestesi khusus jantung,” kata drg Hery. Lanjutnya, tahun depan juga RSUD Undata mendapatkan anggaran radioterapi lengkap dengan alatnya yang fantastis harganya, satu unit dipatok Rp34 miliar.

“Saya sangat berterimakasih dengan Pak Gubernur atas dukungannya, beliau sangat intens berkomunikasi dengan Dirjen, sehingga tahun depan kami sudah miliki gedung radioterapi bunker bawah tanah,” sebut drg Hery.

Menurut Hery, hal tersebut bisa terwujud dari 16 Provinsi hanya 6 yang lolos dan salah satunya Sulawesi Tengah. Namun kata drg Hery sebenarnya banyak kekurangan Sulteng saat itu yang bisa mengakibatkan tidak dapat lolos, namun pihaknya mampu menyakinkan pusat.

“Saya bilang saat itu jangan hanya memikirkan Jawa dan Sumatera, kami ini habis gempa tolong diperhatikan. Karena kalau bukan Kementerian kan tidak mungkin daerah yang mampu beli alat semahal itu,” tutupnya.***

Penulis      : Mughni Supardi
Foto          : Mughni Supardi
Penyunting : Adiatma

Tinggalkan Komentar