Profesi Perawat Harus Perkuat Jejaring

22
DISKUSI : Host podcast Kabar68, H. Kamil Badrun AR, SE.M.Si, saat berbincang-bincang dengan Ketua IKA Poltekes Palu Sulteng, Mulhlis Katili, S.Kep.Ns, Minggu (28/04/2024). (FOTO : MUCHSIN SIRADJUDIN/KABAR68).

PALU-Dalam perbincangannya, bada Magrib, Minggu (28/04/2024) Ketua Ikatan Alumni (IKA) Politeknik Kesehatan (Poltekes) Palu Sulawesi Tengah yang baru mengemban masa tugas 2024-2027 Muhlis Katili, S.Kep.Ns, mengungkapkan program kerjanya kepada host podcast Kabar68, H. Kamil Badrun AR, SE., M.Si, akan berupaya meningkatkan skil, inovatif dan jejaring seluruh alumni Poltekes Palu yang kini tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri.

“Kita harus punya jejaring yang kuat berskala internasional, bila profesi kita menginginkan profesi perawat dihargai, dan mendapat tempat di masyarakat. Kita harus menciptakan lapangan kerja di bidang kesehatan, “ kata Muhlis Katili, yang lahir di Bungku Timur Kabupaten Morowali, dari orang tuanya berasal dari Gorontalo.

Kamil Badrun, dalam podcastnya mencoba menelusuri sejarah hidup seorang Ketua IKA Poltekes Palu Sulteng periode 2024-2027 ini. Dengan menyusuri relung-relung awal kehidupannya hingga berhasil mandiri, bahkan kini telah membuat dua klinik perawatan sendiri, sebagai konsultan kesehatan.

Sekelumit kisah hidupnya yang berasal dari wilayah daerah, Morowali, menaklukan kota. Dia berkisah. Disaat terjadinya konfilik Poso, disitu Muhlis mulai mengukir sejarah hidupnya. Dia sendiri merupakan korban konflik Poso. Lalu mengungsi ke Palu. Singgah sebentar di Ampana, dan lanjut ke Palu. Di Palu dia lalu masuk Poltekes Palu. Hingga menyelesaikan studynya pada tahun 2003.

Usai study, Muhlis mulai pengembaraannya. Sempat 6 bulan bekerja di perusahaan tambang nikel PT INCO yang kesohor itu. “Saya kerja di Rumah Sakit sebagai perawat, sambil menangani proyek tambang. Saya berkarier dari bawah. Hingga membawa saya menjadi Wakil Direktur (Wadir) di Rumah Sakit di PT INCO, “ ungkapnya.

Di RS PT INCO, fasilitas hidup dan fasilitas kerja dijamin. Pendidikan anak-anak juga dijamin. Apalagi dengan posisi jabatan yang cukup tinggi, tentu perhatian perusahaan juga sangat besar. Namun, sebaik-baiknya suasana di perusahaan itu, toh Muhjlis akhirnya keluar, out, resign dari rumah sakit itu.

“Saya putuskan resign. Meski saya sempat ditawari posisi mentereng sebegai Manajer Rumah Sakit. Bagi saya, apakah saya hidup hanya untuk mengabdi terus menerus untuk perusahaan? Tetapi saya punya panggilan jiwa. Saya kemudian menjadi konsultan kesehatan, menjadi pembicara dimana-mana, dan ketemu dengan orang banyak. Ini yang membahagiakan saya, “ ucapnya.

Pada kesempatan itu, Kamil Badrun mengucapkan selamat atas dilantik dan dipilihnya Muhlis Katili sebagai Ketua IKA Poltekes Palu. Kamil juga menyebut dirinya adalah seorang perawat, karena menawatkan sekolah di SPK di Mamboro, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Karenanya, Kamil berharap profesi perawat ini menjadi profesi yang mulia. Sebuah profesi yang diminati oleh anak bangsa. Namun harus memiliki jati diri yang profesional, bersikap inovatif, dan jujur dalam bekerja. Maka ini menjadi tantangan bagi kepengurusan IKA Poltekes Palu untuk lebih mendorong alumni menjaga dan meningkatkan kualitas profesi ini.

Menurut Mulis, diakuinya, memang tantangan ini tidak mudah. Fakta yang ada, masih begitu banyak perawat yang belum mendapatkan pekerjaaan di sebuah instansi kesehatan. Berarti, ada proses yang belum maksimal yang harus dilakukan di kampus.

“Tentu sebagai alumni, anda cari lapangan kerja. Tetapi pekerjaan sudah banyak diisi oleh orang lain. Sebagai alumni kita harus menciptakan lapangan kerja. Saya selalu memberi imbauan kepada kawan-kawan saya seprofesi ada banyak hal yang harus kita lakukan, “ tuturnya.

“Saya yakin, sebagai perawat/pegawai ada ruang itu. Kita buktikan. Saya punya dua klinik sekarang. Sebagai perawat saya tidak kehilangan momentum. Begitu banyak pekerjaan bisa kita lakukan, “ tandasnya.

Muhlis lalu merespon pertanyaan Kamil, apa langkah riil yang dilakukan IKA Alumni Poltekes Palu kedepan ? Dikatakannya ada ruang untuk itu. Dia mendapat inspirasi di Cafe Tahiti, Mamboro, tidak jauh dari kampus Poltekes Palu, bahwa Cafe ini telah menjadi ruang belajar bagi aktivis kampus (mahasiswa).

“Saya melihatnya, Cafe Tahiti telah mengisi ruang belajar bagi mahasiswa yang tidak ada di kampus, “ cetusnya.

Selanjutnya, bagi seorang alumni harus banyak memanfaatkan jejaring atau networking alumni secara lebih luas lagi. Memanfaatkan jejaring saat ini adalah sebuah keniscayaan.

“Bahwa kita bisa hidup dengan tidak harus menjadi pegawai. Tetapi kita bisa hidup dengan melakukan banyak hal, memanfaatkan jejaring kita, sesama alumni, “ serunya lagi.

“Kita butuh koneksi, selain Allah SWT. Maka kita membuka jejaring (koneksi) alumni Poltekes Palu, untuk selanjutnya membesarkan jejaring ini. Semisal ada informasi-informasi yang bisa terakses melalui jejaring kita. Sebab, apa yang saya dapatkan sekarang, dan apa yang kita peroleh saat ini karena jejaring juga, “ akunya.

Sekarang bagaimana mendorong alumni itu bisa bekerja, dan mendapatkan pekerjaan, meski tidak harus jadi pegawai negeri. Menurutnya, lapangan kerja sangat terbatas. Tetapi di sisi lain begitu banyak orang sakit. Hampir saban hari dimana-mana ada orang sakit. Puskesmas dan rumah sakit juga begitu banyak. Inilah ruang yang harus kita maksimalkan dengan menciptakan pekerjaan baru, ditambahkan dengan memanfaatkan jejaring kita sesama alumni.

“Anda harus kembangkan potensi yang ada. Misalnya menjadi seorang konsultan kesehatan, anda harus penuhi standar yang ada, ditopang oleh jejaring dan koneksi yang kuat. Saya pada tahun 2013-sampai 2018, atau lima tahun, saya bekerja di luar negeri yaitu Malaysia. Menjadi seorang perawat yang profesional dan unggul. Saya pernah mengangkat bendera di Malaysia. Kita dianggap terbaik dalam profesi kita, meski kita sendiri berasal dari daerah, “ bebernya.

Karena itu, Muhlis sepakat dengan Kamil Badrun, perlu ada pembelajaran bahasa asing, seperti bahasa Inggris, agar seorang perawat itu bisa eksis, mampu bergaul dan bekerja di luar negeri, juga bisa bersaing. Dimana profesi perawat sangat dicari oleh institusi kesehatan.

“ Saya pernah di Makassar dan menjadi Ketua Perawat Holistik di Makassar, ternyata bekerja sebagai seorang perawat yang penuh inovatif mendatangkan income yang besar pula. Tetapi sebenarnya, bagi saya perawat ini bukan untuk mencari uang semata. Karena saya memang tidak menilai dengan uang profesi saya ini. Maka saya membuka usaha-usaha lain. Hingga saya mendapatkan pendapatan atau penghasilan. Tetapi jangan habiskan kehidupan kita dengan kegiatan ini saja. Tanpa menafikan profesi mulia kita sebagai perawat, “ paparnya.

“Bagi saya menjadi perawat itu adalah pilihan Allah SWT. Ini akan kami sampaikan kepada teman-teman yang lain, “ serunya.

Di closing statemennya, Muhlis setuju dengan Kamil, kita dorong perawat keluar negeri dengan didukung secara politis oleh pemerintah, juga kepala daerah seperti Gubernur, Walikota, dan Bupati.(mch)

Tinggalkan Komentar