PALU – Pemerintah Kabupaten Donggala terus berupaya menurunkan angka kemiskinan di Donggala. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengoptimalkan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Kabupaten Donggala.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Donggala, Dr. Rustam Efendi. SPd. SH. MAP dalam bincang-bincang bersama pemimpin Radar Grup, H Kamil Badrun AR SE MSi di podcast Kabar68, Kamis (10/11).
Sekkab mengatakan, Kabupaten Donggala memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun di sisi lain kehidupan masyarakatnya dihadapkan dengan kemiskinan dan tertinggi di Sulawesi Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Namun Sekkab mengungkapkan, bahwa data dari BPS bukanlah data by name by address melainkan data yang sifatnya akumulatif. Menurut Sekkab, setelah ditelusuri, ternyata ada warga yang sudah meninggal masih masuk dalam data kemiskinan tersebut. “Ada yang sudah pindah, ada juga warga yang sudah mendapatkan pekerjaan tetap dengan gaji di atas standar kemiskinan ternyata masih masuk dalam data kemiskinan. Data ini juga perlu dibenahi. Mudah-mudahan lewat sensus tahun ini, itu semua bisa terdeteksi kembali,” sebut Sekkab.
Lalu disamping itu bagaimana mengeluarkan sebagian masyarakat Donggala tersebut dari garis kemiskinan, Sekkab mengungkapkan, salah satu upayanya adalah dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang ada. Diantaranya memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif.
Salah satu skema yang bisa diterapkan adalah dengan menanam jagung. Skema tersebut kata Sekkab telah diterapkan oleh Pemkab bersama Kadin Donggala dan telah membuahkan hasil yang sangat positif. Rustam mengungkapkan, dalam satu hektar lahan bisa menghasilkan 8 ton jagung. Jika dimaksimalkan, maka bisa mencapai 10 ton per hektar. “Nilai jualnya dalam kondisi basah itu Rp4.000 per kilogram. Jika dikalikan dengan 10 ton, maka menghasilkan Rp40 juta per hektar setiap kali panen dalam waktu 3 bulan. Ini bukan sekadar cerita tapi sudah kita praktikkan di Kecamatan Sirenja,” sebut Sekkab.
Sedangkan modal untuk menanam jagung sebesar Rp14 juta per hektar. Uang tersebut digunakan mulai dari membeli bibit, pupuk, obat pembasmi rumput hingga operasional. Artinya setiap hektar lahan jagung bisa menghasilkan keuntungan sebesar Rp26 juta dalam waktu 3 bulan. “Pertanyaannya apakah skema ini bisa mengentaskan kemiskinan ?. Tentu saja bisa. Meskipun dalam satu hektar dikelola oleh dua orang, maka masing-masing masih bisa mendapatkan Rp13 juta per 3 bulan. Maka setiap bulan sekitar Rp4 jutaan. Pendapatan ini tentu sudah jauh di atas garis kemiskinan seperti standar dari BPS yaitu pendapatan dibawah Rp370 ribu per bulan per kapita adalah miskin,” jelas Sekkab.
Lanjut Sekkab mengatakan, jika masyarakat terkendala modal usaha, kini Gubernur melalui kebijakannya memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengajukan kredit usaha rakyat ke bank Rakyat Indonesia dengan bunga lunak alias pengembalian yang sangat ringan. “Ini bagian dari peluang untuk modal usaha. Harus bisa dimanfaatkan,” kata Rustam.
Rustam mengatakan, jika masyarakat miskin di suatu desa tidak memiliki lahan, namun di desa terdapat lahan tidur yang ada pemiliknya, maka Kepala Desa harus bisa memfasilitasi agar lahan tersebut bisa di manfaatkan bersama dengan skema bagi hasil. “Peluang modal usaha ada, lahan luar biasa banyak dan sumber daya kita juga mampu, lalu apalagi. Ini tinggal kemauan saja karena peluang sudah ada. Dan saya yakin skema melalui penanaman jagung ini bisa menurunkan angka kemiskinan. Ini baru dari satu komoditi, belum yang lain,” tandas Rustam. (ujs)