MANTAN birokrat dan praktisi di Sulawesi Tengah, Dr. Hasanuddin Atjo, melempar sebuah gagasan yang dinilai layak didiskusikan. Sekaligus bisa membuat publik “terkejut”.
Bukan Hasanuddin Atjo namanya bila tidak melontarkan gagasan cerdasnya. Setelah mengusulkan gagasan yakni rencana membuat terusan Khatulistiwa (tahun 2008), Tol Tambu-Kasimbar (2019), dan konsep membangun dengan filosofi kereta kuda.(2019)
Juga telah digagas dan telah terealisasi Sulteng sebagai tuan rumah hari Nusantara (tahun 2013) dan pelaksanaan Sail Tomini (tahun 2015). Kali ini mantan Kepala Bappeda Sulawesi Tengah ini melempar pemikiran menariknya. Apa itu? Kenapa harus Parigi Moutong?
Sejenak kita tinggalkan dulu permasalahan pertambangan emas di daerah ini, yang konon lebih banyak mudaratny. Hingga beritanya viral kemana-mana.
Tetapi mari kita bahas dulu yang satu ini “Parigi Moutong Berpotensi Menjadi Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah kedepannya”. Wah luar biasa ini. Bagaimana ulasannya ?
Gagasan ini dikemukakan oleh Dr. Hasanuddin Atjo, yang hidupnya dihabisi di dunia mendorong kemajuan industri perikanan dan kelautan alias maritim atau bahari. Sosok pekerja keras, malang melintang di dunia birokrasi, pernah menjadi Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan di Sulawesi Tengah.
Dipaparkan Hasanuddin Atjo dalam sebuah wawancara pada media ini, Kamis malam (06/03/2025). Secara geografis bahwa Kota Palu tidak begitu sentral terhadap kabupaten-kabupaten se Sulawesi Tengah. Kedua Kota Palu sekarang sudah cukup padat, dan lahannya terbatas. Olehnya itu, 10 -15 tahun mendatang harus dipertimbangkan ibukota baru yang lebih luas dan mengakomodir kepentingan-kepentingan kabupaten lainnya.
Kalau kita pindahkan ke Parigi Moutong dengan garis pantai kurang lebih 600 km dan berada di Teluk Tomini. Jarak ke kabupaten dari “Ibukota baru” relatif lebih berimbang. Dengan kondisi seperti itu ekomomi akan tumbuh lebih tingi dan merata. Transportasi antarkabupaten ke Ibukota Pronvinsi yang baru akan lebih dekat dan cepat. Mulai dari akses udara, laut dan darat.
Kawasan Teluk Tomini, bisa terkoneksi dengan Selat Makassar, dan Teluk Tolo. “Tinggal bagaimana rencana Tol Tambu-Kasimbar yang pernah digagas bisa direalisasikan. Demikian pula dibangun akses dari Teluk Tomini ke Teluk Tolo. Dengan demikian, akan tercipta pertumbuhan ekonomj yang tinggi dan merata antarkabupaten dan kota.
Bisa jadi keinginan untuk pemekaran oleh beberapa kabupaten kemungkinan bisa dipertimbangkan kembali. “Saya kira perlu dilakukan pengkajian, atau seminar awal untuk menggali apa untung ruginya bila Parigi Moutong sebagai calon ibukota Suteng kedepan. Mengingat ibukota provinsi Sulawesi Tengah saat ini Kota Palu dirasakan sudah sangat terbatas arealnya, ” bebernya.
“Infrastruktur jalan dari Palu ke Parigi Moutong kan harus dibangun, yang dulu mau dibangun jalan by pass. Palu Parigi (Parigimpu) yang bisa ditempuh hanya satu jam, ” urainya.
Hasanudin juga berpendapat bahwa bandar Udara (Bandara) Mutiara SIS Aljufri sudah sulit dikembangkan menjadi bandara internasional sekaligus untuk kepentingan pertahanan keamanan karena keterbatasan areal.
Kedua, dari aspek pertahanan keamanan, Parigi Moutung bisa menjadi firstline bila serangan udara datang dari barat dan bandara Ratulangi Manado serta Hasanuudin Makassar, menjadi secondline. Sebaliknya bila serangan datang dari timur maka Parigi Moutong yang menjadi secondline. Bila Parigi Moutong menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, maka Kota Palu kedepan menjadi kota jasa dan logistic, sebutnya.
Dikatakan lebih lanjut oleh Hasanuddin Atjo, potensi terbesar Parigi Moutong ada pada sektor pangan, seperti hortikultura, tanaman pangan, perikanan, perkebunan dan peternakan. Itu bisa menjadi salah satu pendorong untuk memberi pertumbuhan yang merata. Tidak boleh hanya berharap pada sektor tambang. “Kalau tambang tidak bisa dijamin kelanjutannya, “ kata Hasanuddin.
Karena itu, Bupati baru Parigi Moutong periode 2025-2030 bisa mempertimbangkan kemungkinan gagasan ini bisa direalisasikan.(abd)