PALU-Ada yang spesial pada Sabtu 17 Juni 2023 kemarin, host podcast Kabar68 H. Kamil Badrun, SE., M.Si, menghadirkan seorang tokoh nasional, yang hari-harinya dihabiskan di parlemen, mewakafkan dirinya sebagai jembatan penghubung Sulawesi Tengah dengan pemerintah pusat. Kurang lebih 35 tahun berada di gedung DPR RI, tokoh kita satu ini tak lekang oleh waktu. Kiprahnya luar biasa, tokoh nasional dari Sulawesi tengah H. Muhidin Mohamad Said.
Pada sore itu menjelang magrib, Kamil banyak “membongkar” kedigjayaan Muhidin Said, mulai dari kampungnya di Soppeng, hingga berada di Kota Palu menyelesaikan kuliahnya di Universitas Tadulako (Untad) Palu, menjadi pengusaha kawakan dan bergaul dengan tokoh-tokoh nasional, hingga menjadi seorang politisi senior yang dihormati baik kawan maupun lawan.
“ Kami bernostalgia yah. Saya pernah mewawancarai pak Haji Muhidin 30 tahun yang lalu. Waktu itu kantor bapak di Jalan Juanda Palu, “ kata Haji Kamil Badrun, membuka diskusi.
Kepada Haji Kamil, Muhidin Said mengaku betah berada di Partai Golkar, pelabuhan terakhirnya dalam sepak terjang hidupnya ini. Dia memilih Partai Golkar, merasa kerasan berada di partai the big yellow Golkar.
” Berpartai itu adalah pilihan, ” ujarnya, menyebut mengapa hingga kini dia terus bertahan di partai besutan Airlangga Hartarto. Sangat berbeda dengan politisi lain yang suka pindah-pindah partai. Hingga dia dipercaya menjadi pimpinan fraksi, pimpinan komisi diantaranya Komisi VI, Komisi V, dan Komisi XI saat ini.
Kesuksesan Haji Muhidin Said, tidak terlepas dari hubungan baiknya dengan sejumlah tokoh nasional seperti Jusuf Kalla, Abrizal Bakrie, Pontjo Soetowo, Agung Laksono, dan beberapa tokoh lainnya.
Muhidin membangun jaringan yang luas secara nasional, sejak aktif sebagai pengusaha, dan hingga kini pun aktif berkomunikasi. Makanya, menjadi jembatan penghubung Sulteng ke pusat, hingga Muhidin terus bertahan menjadi anggota DPR RI dibanding tergoda menjadi Gubernur Sulawesi Tengah.
“Saya masih terus menjaga konsistensi pusat dan Sulawesi Tengah. Biarlah tugas saya menjadi pembicara dan bersuara di tingkat nasional, ” ujarnya.
Itulah sebabnya anggaran pusat mengalir deras ke Sulawesi Tengah, untuk membiayai perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan, pelabuhan dan Bandara di Sulawesi Tengah, di 13 kabupaten dan kota. Muhidin selalu berada di Komisi yang berhubungan dengan kebutuhan yang strategis, terutama bagi Daerah Pemilihan (Dapil)-nya Sulawesi Tengah.
Maklum saja, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Golkar untuk Wilayah Sulawesi ini sejak muda sudah hobby berorganisasi, mulai dari HMI, KNPI, HIPMI, Kadin Sulteng, dia selalu menjadi ketuanya.
Melihat segudang kesuksesan Muhidin, yang secara kasat mata publik tidak pernah terdengar ayah dari Imelda Liliana Muhidin (mantan calon Walikota Palu 2020) ini maju sebagai calon Gubernur Sulteng, menjawab dengan taktisnya saat ditanya Bung Kamil apakah Haji Muhidin berkeinginan untuk maju di 2024. Bahwa Sulteng saat ini butuh tangan-tangan terampil, seorang eksekutor yang cerdas dan berpengalaman?
” Kita sukseskan dulu Pileg, dan Pilpres baru kemudian menentukan di Pilkada, ” kelit Muhidin. Muhidin membentangkan sejumlah asa dan harapannya di Pileg 2024. Masih begitu banyak PR yang harus diselesaikannya.
Dalam tugasnya, Muhidin tidak jauh dari persoalan pembangunan infrastruktur dan perekonomian. Kini berada di Komisi XI bidang Keuangan, Ekonomi dan Pembangunan. “ Mitra Komisi kami adalah Bappenas, Bank Indonesia (BI), seluruh lembaga keuangan non bank termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Lembaga Penjamin Penyimpanan.
Mengenai program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), tak luput dari pembahasan diskusi yang menarik ini. Host Haji Kamil Badrun menanyakan apa kontribusi Haji Muhidin dalam program PEN ini untuk Sulawesi Tengah?
Muhidin menyebut, dalam program PEN khusus Covid-19 yang lalu itu sudah ada 133 kelompok usaha di Sulawesi Tengah yang dibantu, dan itu sudah berhasil.
“Mereka, para pengusaha kecil yang ada dalam berbagai kelompok usaha kita minta untuk berusaha, dan kami beri bantuan, “ ungkapnya.
Dijelaskannya, bersama mitranya baik BI maupun OJK Sulteng dan tim pendampingnya mencari pengusaha kecil di Palu, begitu banyak pengusaha kecil yang mau meningkatkan hasil usahanya kami data dan kami salurkan bantuannya. Bukan hanya di Kota Palu saja, tetapi di semua kabupaten yang ada di Sulteng ini.
“ Contohnya, kami temukan di Palu ini, ada usaha roti burger di Jln Dayodara, Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Setiap kelompok punya 10 orang anggota. Ternyata usaha ini berhasil dan berkembang, “ paparnya.
Selain itu, ada juga usaha jahit menjahit, perusahaan batako, pengolahan daging beku, perbengkelan, banyak yang berhasil. Bahkan ketika berhasil dibantu lagi. Demikian pula dengan bantuan sosial untuk rumah ibadah, masjid, gereja, pura, dan vihara. Hingga masyarakat kecil selalu diberi bantuan sembilan bahan pokok (sembako).
Tak hanya disitu, di bidang pertanian dan perkebunan pun semuanya tersentuh bantuan PEN. Misalnya bantuan untuk kebun jagung di Kelurahan Pantoloan. Salah satunya Haji Kadir, hingga diberikan alat pertanian bermesin untuk mengolah jagung yang besar.
“Ini tujuannya untuk menopang dan menjaga kestabilan ekonomi. Inflasi kita kendalikan, akibat Covid-19. Penyebab inflasi antara lain naiknya harga cabe dan tomat. Jadinya, kita bantu juga seperti bantuan ekonomi kerakyatan, dan lain sebagainya, “ sebutnya lagi.
Kepada Kamil, dia menyebutkan kontribusi untuk Sulteng sampai di 2024, banyak yang harus kita lakukan, seperti pembangunan dan peningkatan jalan ke kantong produksi yang belum tersentuh bantuan. Juga irigasi.
“ Kita bantu, dana afirmatif dari pusat. Mengingat dana daerah minim. Sehingga harus dibantu dari pusat. Jalan-jalan di daerah begitu banyak yang rusak. Sehingga turun Inpres. Seperti jalan di Kabupaten Sigi yang belum memiliki jalan nasional, “ tandasnya.
Menurutnya, kalau tidak ada yang menjembatani itu sangat sulit. Makanya itu yang harus dirinya lakukan.
“Saya berpesan tidak bisa berhenti berjuang. Harus memberikan kontribusi pemikiran. Daerah Sulteng ini daerahnya ada yang sangat sulit dijangkau. Garis pantai 400 km. Saya harus turun ke desa-desa. Mereka meminta saya turun, “ katanya.
Kepada anak muda, milenial, Muhidin menyerukan jangan selalu berpikir menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Realita yang ada, untuk jalur PNS terserap hanya 10 persen di lapangan kerja resmi. Karena itu anak muda harus berfikir kreatif, inovatif, dan tidak manja.
“Penyakit yang harus dihilangkan adalah mencari anak mantu itu harus PNS. Dijaman sekarang tidak bisa lagi dilakukan seperti ini, ” tegasnya.
“Saya juga bangga ada anak dari Untad bisa memberikan kontribusi. Ini perjuangan, bukan karena warisan. Keberhasilan ini karena perjuangan kita sendiri. Tanpa kerja keras itu omong kosong, ” pungkasnya.(mch)