
JAKARTA-Kita patut bersyukur kinerja perekonomian nasional pada Triwulan IV-2024 mencapai 5,02 persen (yoy) dan sepanjang tahun 2024 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,03 persen (yoy). Kondisi ini mencerminkan ketahanan dan daya saing ekonomi nasional semakin baik. Indikator sektor riil, di antaranya PMI Manufaktur yang tetap ekspansif, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terjaga dan Indeks Penjualan Riil (IPR) juga tumbuh positif.
“Momentum pertumbuhan ekonomi ini perlu terus kita jaga agar target pertumbuhan 8 persen bisa tercapai pada tahun 2029,” demikian disampaikan oleh Muhidin Mohamad Said, Wakil Ketua Banggar DPR RI dan Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI, dalam keterangan tertulisnya, disampaikan pada Rabu (12/02/2025).
Lebih jauh Politisi Senior Partai Golkar ini menyebutkan bahwa, “pencapaian pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2024, menunjukkan kinerja perekonomian nasional, semakin baik dan solid”. Kita ketahui, Triwulan IV-2024 merupakan Triwulan pertama bagi Pemerintahan di bawah Kepemimpinan Presiden Prabowo.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan peer countries seperti Singapura (4,3%), Arab Saudi (4,4%), dan Malaysia (4,8%). Kita berharap, pertumbuhan ekonomi tahun 2024 ini menjadi modal besar bagi Pemerintah untuk melangkah lebih baik lagi kedepannya, pungkas Muhidin.
Muhidin yang juga anggota Komisi XI DPR RI mengingatkan bahwa, “kita jangan cepat berpuas diri degan pencapaian kinerja perekonomian nasional saat ini, masih ada Pekerjaan Rumah yang harus kita selesaikan segara yaitu menurunkan angka ICOR”. Seperti yang kita ketahui, angka ICOR atau tingkat efisiensi investasi di Indonesia masih tinggi yaitu sekitar 6,5. Artinya investasi di Indonesia terhitung berbiaya tinggi. Apalagi, jika dibandingkan dengan negara Asean lain yang ICOR-nya berada di kisaran 3,0-5,0, maka investasi di Indonesia terlihat tidak efisien dan berbiaya tinggi. Faktor inilah yang kemudian menyebabkan beberapa investor besar memilih Malaysia dan Vietnam untuk melaburkan uangnya, beber Muhidin.
Lebih jauh Legislator dari Sulawesi Tengah ini menjelaskan, selain untuk mengukur tingkat efisiensi investasi di sebuah negara. ICOR juga bisa menggambarkan hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi nilai ICOR, semakin tinggi biaya investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. “Realisasi investasi di Indonesia sudah mencapai angka 30 persen terhadap PDB. Namun, karena angka ICOR masih berkisar 6,5, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan diangka 5 persen”, beber Muhidin.
Terakhir, Muhidin mengungkapkan bahwa, berkaca dari masih tingginya angka ICOR tersebut, Pemerintah perlu fokus dan serius untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan jalan: melakukan efektifitas dan efisiensi anggaran, memperbaiki kinerja birokrasi dan regulasi yang masih tumpang tindih, membangun infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi masyarakat, serta memangkas biaya logistik yang tinggi. “Kita yakin Pemerintah bisa menurunkan angka ICOR pada level dibawah 4, tentunya dengan syarat semuanya sejalan dengan arah dan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah,” tutup Muhidin.(abd)