PALU – Intervensi lingkungan yang baik memberikan impack cukup besar bagi pembentukan karakter peserta didik hingga usia dewasanya. Sebab, lingkungan belajar yang positif menjadi semacam pondasi bagi anak dalam memproteksi diri dari hal-hal yang berbau negatif menuju usia dewasa.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Palu, Hardi, saat berbincang di Kabar68 Podcast sekaligus dipandu oleh owner Kabar68 Podcast H Kamil Badrun AR SE MSi. “Ketika diproses dengan lingkungan yang bagus, dengan semangat dan komitmen yang luar biasa tentu hal itu akan mengantarkannya menjadi orang yang hebat,” kata Hardi.
Proses menuju anak yang hebat sambung dia, dipengaruhi oleh proses lingkungan belajar sejak usia SD dan SMP. Lingkungan itu kemudian memberikan warna karakter bagi siswa di usia dewasa. Berbicara soal anak hebat, tidak melulu soal berapa prestasi yang sudah diraih, akan tetapi menjadi anak yang bermanfaat bagi orang lain adalah salah satu contoh karakter anak hebat. “Paling tidak, bermanfaat untuk keluarganya, untuk masyarakat, bermanfaat untuk bangsa dan negeri ini,” urainya.
Namun kata dia, sebuah pembelajaran dianggap berhasil apabila mampu membentuk prestasi akademik, non akademik serta karakter yang baik. Tiga komponen ini seyogyanya tidak boleh di peta konflikan oleh insan pendidikan. Membentuk tiga hal ini sudah barang tentu membutuhkan jurus pamungkas oleh setiap Kepala Sekolah (Kepsek).
“Perencanaan seperti apa yang dibuat Kepsek sehingga menghasilkan anak yang hebat. Kepsek harus mampu menggali potensi setiap guru. Dan para guru harus mampu menggali potensi anak-anak. Sehingga akan kelihatan anak-anak yang akan mampu melahirkan prestasi-prestasi,” katanya.
Selain perencanaan, dukungan orang tua juga menjadi salah satu komponen pendukung guna melahirkan peserta didik yang berprestasi. Sinergitas antara pihak sekolah dan guru menjadi suatu keharusan. Misalnya saja dalam penyediaan fasilitas penunjang bagi pengembangan kompetensi siswa. Di satu sisi, sekolah memiliki anggaran yang terbatas guna membangun fasilitas tersebut, namun disisi lain fasilitas penunjang itu menjadi suatu kebutuhan. “Jadi bagaimana orang tua juga diajak untuk memikirkan sarana penunjang bagi sekolah. Dengan catatan jangan memberatkan orang tua, artinya ini sebuah inovasi,” tandasnya. (ril)