POSO – Pelaksanaan Fstival Danau Poso sudah memasuki usia ke 33 sejak digeber tahun 1989 lalu. Harapan untuk membuat hajatan tahunan naik level terus digaungkan oleh banyak pihak. Salah satunya datang dari Gubernur Sulteng, Rusdi Mastura. Menurut Rusdi Mastura FDP sudah saatnya masuk dalam kalender nusantara. Dengan menjadikannua sebagai even nasional, magnitudonya akan makin besar. Isu-isu yang disuarakan akan bisa didengar oleh publik secaara nasional bahkan dunia.
Harapan lain yang disampaikan Gubernur dari panggung FDP, adalah memelihara warisan kebudayaan dan alam Danau Poso. Ditemui terpisah, Gubernur mengatakan, pelaksanan FDP tidak semata dilihat dari semarak perayaannya. Tapi juga momentum menguatkan komitmen memelihara warisan budaya, keluhurun tradisi dan alam sekitar.
Sementara itu, di forum pembukaan FDP 2022, Bupati Poso Verna Ingkiriwang mengatakan, pelaksanaan FDP yang mengusung konsep pesona megah Sulawesi Tengah, adalah bertujuan meningkatkan kunjungan kunjungan kepariwisataan baik lokal maupun mancanegara, khususnya di Kabupaten Poso. Karena itu ia menyebut, atraksi budaya yang ditampilkan di panggung FDP dimaksudkan untuk dua hal. Pertama adalah bagian dari upaya memelihara nilai-nilai budaya. Kedua adalah pertunjukan budaya itu adalah membangkitkan animo wisatawann mancanegara ke Poso.
”Beberapa hari ini sudah banyak turis bule dari Toraja yang membuat perjalanan ke Poso. Itu berarti Poso dan Kota Tentena sudah menjadi pilihan bagi turis asing untuk disinggahi,” jelas putri kandung mantan Bupati Poso, mendiang Piet Inkiriwang. Namun ia menambahkan, menjadikan Poso dan Tentena sebagai tujuan wisata, membutuhkan dukungan banyak pihak. Tak hanya pemerintah, tapi semua unsur terkait masyarakat di daerah tujuan serta swasta yang bergerak di sektor industri pariwisata.
Sehari sebelum pembukaan Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah, Diah Agustiningsih menjelaskan untuk mendatangkan turis mancanegara pihaknya bekerjasama dengan tour operator dari Bali dan Republik Ceko. Para wisatawan dari luar negeri itu, akan melakukan jelajah alam Poso yang dimulai dari Kota Tentena dengan menyaksikan berbagai atraksi budaya selama pelaksanaan FDP. Usai dari sini, para wisatawan akan menuju Lembah Bada dan Napu untuk melihat archeological heritage di Lembah Bada. Jelajah alam Poso dilanjutkan ke Napu untuk melihat warisan budaya di sana lalu menuju Kota Palu.
Menurut dia, pariwisata di Kabupaten Poso menjual keontentikan dan keunikan yang terangkum dalam archeological heritage (warisan arkeologi) di Lembah Bada. Jualan lainnya adaah chultural heritage (Warisan budaya) jaman prasejarah maupun tradisi budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Ia juga ingin, Kabupaten poso dikenal sebagai The land of a thousand megaliths (negeri seribu megalit). Karena itu promosinya perlu terus didorong agar dikenal tak saja di Indonesia. Tapi juga di seluruh dunia. Walau ceruk peminat wisata minat khusus, jumlahnya sedkit. Tapi wisatawan kelompok ini punya masa tinggal yang lama. ”Jika masa tinggalnya lama, mmereka akan membelanjakan uangnya lebih banyak. Untungnya ke warga,” katanya.
Lebih jauh ia mengatakan hajatan seperti FDP adalah momentum untuk memperkenalkan wisata ini ke dunia. Dengan demikian Kabupaen Poso tidak terus menerus distigma dengan citra yang tidak baik. Melalui penyelenggaraan FDP yang megah, ia berharap travel warning oleh Amerika Serikat dicabut. ”Ini akan mengundang aliran turis mancanegara datang ke Indonesia, tak terkecuali Sulawesi Tengah dan Poso,” ulasnya panjang lebar. ***
Penulis: Adiatma
Foto: Adiatma