Bagian 1
Oleh : Nelly Muhriani *)
ADALAH sebuah takdir, Dr. H. Anwar Hafid, S.Sos., M.Si, kini Gubernur Sulteng yang baru. Pria kelahiran Wosu Kecamatan Bungku Tengah (saat ini Bungku Barat) pada 14 Agustus 1969, terhitung baru sekitar 3 minggu usai dilantik Presiden Prabowo Subianto bersama Wakil Gubernur dr Reny A Lamadjido, Sp, PK M.Kes di istana Negara Jakarta, atau tepatnya pada 20 Februari 2025.
Memiliki perawakan sedang, sungguh tak pernah terbayangkan, Anwar Hafid yang berasal dari sebuah desa yang nun jauh dari pusat ibukota Provinsi Sulteng, Wosu namanya, diapit oleh Desa Larobenu (tempat saya KKN dulu) dan Desa Bente, kini mengendalikan Provinsi Sulteng dan menjadi satu-satunya orang yang paling berpengaruh dan menjadi perbincangan seantero bumi Tadulako.
Bagaimana tidak, berasal dari keluarga sederhana, secara histori, Anwar juga tidak punya sejarah keintiman dengan para kepala kepala OPD, termasuk aparatur hingga dilevel bawah. Bahkan boleh dikatakan, di luar Kabupaten Morowali, Anwar yang memiliki wajah WOS (Wajah Otomatis Senyum) tidak punya catatan hitam putih secara umum dengan masyarakat Sulteng, terKhusus untuk warga Kota Palu sehingga secara personal ia dan keluarga intinya masih terbilang orang baru.
Demikian pula sebaliknya, warga Kota Palu juga masih baru di hadapannya. Kondisi sama-sama baru inilah membuat Anwar terlihat lebih enjoy dalam mengawali tugasnya sebagai orang nomor satu di daerah ini. Sejak dilantik dan dilanjutkan retreat di kompleks Akademi Militer (Akmil) di Magelang, rasa penasaran masyarakat Sulteng, terutama aparatur yang berdinas di jajaran Pemprov Sulteng makin memuncak. Rasa penasaran tersebut, tentunya para pejabat yang selama ini sudah cukup melenggang di bawah kepemimpinan H. Rusdy Mastura dan Makmun Amir.
Puncaknya, usai serah terima jabatan (Sertijab), Senin 3 Maret 2025 lalu di Gedung Bidarawasia, yang dilaksanakan dalam suatu rapat paripurna DPRD Sulteng. Sehari setelahnya, Anwar kemudian tampil perdana di hadapan seluruh pejabat dan para staf di jajaran Pemprov Sulteng, yang dikemas dalam sebuah kegiatan rapat koordinasi (Rakor) Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng bersama ASN yang berlangsung di halaman bagian belakang kantor Gubernur Sulteng.
Lalu apa penyampaiannya? Gubernur yang memulai karirnya sebagai ASN di Kecamatan Mangkutana, Kepala Desa Rantebala, di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1992-1997 usai menyelesaikan Diploma Ilmu Pemerintahan APDN Makassar, dan Sekcam Mangkutana Kabupaten Luwu, memulai pidatonya dengan menceritakan siapa dia sebenarnya.
‘’Saya ini mantan ASN, ‘’ katanya membuka cerita. Menggunakan baju dinas berwarna kheky, Anwar yang didampingi Wakil Gubernur Dr Reny A Lamadjido,Sp,PK., M.Kes serta Sekprov Sulteng Dra Novalina, kemudian berdiri dan bercerita awal-awal bekerja sebagai ASN. ‘’Bapak ibu tahu tugas pertama yang diperintahkan kepadanya sebagai pegawai adalah membuat amplop yang kala itu masih digunting dan dilipat-lipat di era itu, kemudian di lanjutkan dengan mengantarkan surat,’’ ungkapnya.
Mantan Bupati Morowali ini, kemudian melanjutkan histori, bagaimana ia menapaki karirnya sebagai ASN. Ia juga pernah merasakan manisnya sebagai ASN, karena merangkap segalanya saat menjadi Asisten I, Aspri dan juga ajudan. Bayangkan, hanya selang dua tahun karirnya juga ikut melejit dan tiga kali naik pangkat saat era Presiden Gus Dur.
Anwar juga menceritakan, bahwa ia pernah ditunjuk menjadi Camat di Kecamatan Towuti, Soroako dan menjadi orang pertama dilantik dijabatan itu yang bukan merupakan orang dari daerah asal setempat. Alumni SMA I Poso ini, juga menceritakan, bahwa dirinya juga pernah menjadi Kabag Pemda Luwu, hingga Asisten. Artinya lika liku sebagai ASN sudah dilaluinya sebelum kemudian banting haluan menjadi politisi.
‘’Jadi urusan ASN itu sudah saya lalui, dan saya yakin bapak bapak dan ibu ibu lebih profesional dari saya,’’ urainya. Oleh karena itu katanya, setelah mengemban amanah sebagai Gubernur Sulteng bersama dr. Reny A Lamadjido sebagai wakilnya selang lima tahun kedepan, ia meminta untuk dibantu menyukseskan sejumlah programnya yang menjadi janjinya saat kampanye dulu.
Yang pertama dipahami adalah bahwa, Gubernur dan Wakil Gubernur itu tidak punya wilayah dan punya rakyat. ‘’Gubernur hanya sebagai koordinator,’’ jelasnya.
Anwar juga meminta kepada seluruh aparatur untuk membantu merealisasikan janji-janjinya, yakni berani cerdas, suatu program yang memberikan beasiswa kepada seluruh mahasiswa, termasuk untuk anak dari orang mampu tapi berprestasi, juga tidak ada lagi pungutan di sekolah-sekolah SLTA. Selanjutnya program Berani Sehat, program yang diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa terkecua;i menjadi program yang mulai digulirkan saat ini. “Mana Kadis Kesehatan, ” tanyanya saat itu.(BERSAMBUNG)
*) Penulis adalah pemerhati masalah sosial politik dan sehari-hari bekerja sebagai ASN di Sekretariat DPRD Sulteng.