Krisis Iklim Mengancam Masa Depan Anak

57
WORKSHOP - Brand & Manager Save the Children Indonesia Dewi Sri Sumanah dalam workshop krisis iklim, krisis hak-hak anak " bersama insan media di Sulteng di Palu, Kamis (19/5).

PALU – Save the Children Indonesia, menyebutkan fokus kerja Save  the Children di Sulteng 2022 ada dua yakni aksi generasi iklim dan program perlindungan anak.

“Aksi generasi iklim ini akan menjadi fokus Save the Children 3 tahun ke depan di beberapa provinsi terutama terkena dampak serius krisis iklim,” kata Brand & Manager Safe the Children Indonesia Dewi Sri Sumanah dalam workshop ” krisis iklim, krisis hak-hak anak ” bersama insan media di Sulteng di Palu, Kamis (19/5).

Dia mengatakan, aksi generasi iklim ini kita fokuskan di dua Kabupaten dan satu kota, di tempat Save the Children pernah bekerja pasca gempa 2018, yakni , Kabupaten Sigi, Donggala dan Kota Palu.

“Pihaknya selalu bekerja memberdayakan dan ber kolaborasi dengan anak-anak mulai forum anak, maupun anak yang tidak terlibat dalam forum anak,” papar Dewi panggilan akrabnya.

Ia mengatakan, anak-anak yang sudah pernah bersama-sama Save  the children, mereka akan menjadi Child Campaigner (juru kampanye anak ).

“Sebab pihaknya memiliki evidance based (bukti-bukti) nyata selama bekerja di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, tentang kerawanan dari daerah-daerah tersebut,” bebernya.

Selanjutnya kata dia, program perlindungan anak di Kabupaten Poso. Pihaknya bekerja sama dengan yayasan Panorama Alam Lestari. Ada mitra lokal bersama-sama dengan Save the Children mengerjakan program perlindungan anak.

Program perlindungan Anak ini kata dia, tujuannya untuk memastikan melalui sistem yang berfungsi mengidentifikasi, mencegah dan memulihkan pekerja anak untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan anak.

” Fokus kami rantai pasokan mulai dari petani coklat, sampai coklat itu dijual, guna memastikan jangan sampai ada pekerja anak,” ucapnya.

Pun hal itu sudah ada kata dia, perlu mengikuti aturan-aturan pekerja anak dan tidak membuat peraturan yang salah. Misalnya dalam konteks berapa jam sehari, dia (anak ) tidak melakukan pekerjaan berisiko atau berbahaya seperti anak melakukan penyemprotan gunakan pestisida.

” Ini yang pihaknya lakukan, peningkatan penyadaran baik terhadap keluarga petani maupun lingkungannya, termasuk pedagangnya,” menyudahi.

Campaign Manager Save the Children, Henda Gandamanah mengatakan, saat ini krisis iklim paling terdampak adalah anak-anak. Dalam laporan STC secara global anak-anak lahir tahun 2020 akan merasakan 7,7 kali gelombang panas dibanding yang dialami kakek-nenek mereka.

” Tak hanya itu anak-anak juga akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai serta 1,9 kali lebih banyak mengalami kekeringan, dampak jangka panjangnya akan mengalami kemiskinan ,” papar Hendah.

Olehnya kata dia, Save the Children menekankan masih ada waktu untuk mengubah masa depan yang suram ini. Jika kenaikan dijaga hingga maksimum 1,5 derajat, beban antargenerasi pada bayi yang baru lahir berkurang 45 persen , untuk gelombang panas 39 persen , untuk kekeringan 38 persen, untuk banjir sungai 28 persen untuk gagal panen. ***

Penulis: Adiatma
Foto: Adiatma

Tinggalkan Komentar