PALU-Pencanangan Sulawesi Tengah Negeri Seribu Megalit telah dilaksanakan di kawasan situs Palindo, Sepe, Desa Kolori, Kecamatan Lore Barat, Lembah Bada, Kabupaten Poso, oleh Gubernur Sulawesi Tengah, H. Rusdi Mastura.
Terwujudlah gagasan besar yang telah lama diimpikan. Bahwa benda-benda megalit itu merupakan bukti kuat terhadap peradaban masa lalu yang berada di Lembah Tampo Lore bersaudara, di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (11/10/2023).
Momentum pada Selasa, 10 Oktober 2023 merupakan langkah strategis dan taktis yang dilakukan Gubernur Rusdi Mastura untuk mengangkat megalit ke pentas nasional dan pentas dunia, bahwa Sulawesi Tengah merupakan pusat peradaban yang setara dengan usia peradaban para nabi terdahulu, yaitu nabi Musa AS, sekira 3000-5000 tahun Sebelum Masehi (SM).
Selain hasil penelitian fisik dan test geneakologi, ditemukan beberapa fakta diantaranya kesesuaian jenis batu dari artefak yang ada di tiga lembah Tampo Lore dengan yang berada beberapa negara seperti di Laos, India dan Pulau Paskah.
Fakta ini sebagai asumsi yang menunjukan adanya pergerakan sosial nenek moyang yang berasal dari Lembah Tampo Lore menyebar kebeberapa tempat dan kemudian berkembang hingga saat ini, sebagaimana peta sebaran hasil penelitian yang disimpan arkeolog Sulawesi Tengah, Iksam Djorimi.
Narasi Seribu Megalit bukan hanya membangun semangat, tapi lebih dari itu bahwa hasil pendataan yang dilaksanakan Balai Cagar Budaya Sulawesi Tengah, terdapat 2.400 buah tinggalan arkeologi yang tersebar di 118 situs yang tersebar di tiga lembah Tampo Lore, Kabupaten Poso serta Lembah Kulawi, Lembah Lindu, Kabupaten Sigi.
Bahkan, masih ada temuan benda tinggalan megalit yang berada di sekitar situs Palindo dan belum tercatat. Selebihnya, mungkin masih berada dan tersebar disekitar kawasan hutan serta tertimbun di dalam tanah. Karena butuh waktu untuk melakukan eskavasi.
Harapan kita, melalui pencanangan ini, sebagai titik awal dalam melakukan beberapa hal yang dapat dituangkan kedalam Rencana Aksi Daerah (RAD) sebagai point strategis untuk melakukan pengembangan dan pembangunan sektor kebudayaan dan kepariwisataan di Sulawesi Tengah.
Rencana Aksi Daerah dimaksud adalah, pertama, peningkatan akses komunikasi dan informasi berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk konektivitas dengan dunia luar, agar dapat lebih memahami keberadaan tinggalan arkeologi megalit serta pola perjalanan guna menjangkau kawasan tersebut.
Kedua, pola perjalanan wisata disusun dengan memperhitungkan waktu perjalanan dari dan ke objek wisata megalitikum serta informasi penting lainnya yang terkait dengan sistem akomodasi dan transportasi serta suguhan atraksi tradisi budaya yang ada di sekitar kawasan megalitikum.
Ketiga, menghimpun informasi terkait cerita rakyat dan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menjadi pengetahuan bagi siapa saja tentang keberadaan situs-situs megalitikum, sejak awal hingga saat ini.
Keempat, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berperan sebagai pendamping atau tour guide, yang dapat memberikan informasi secara detail tentang kawasan megalitikum. Kelima, mempersiapkan sarana dan prasarana infrastruktur untuk memudahkan dan kenyamanan lalu lintas kunjungan wisatawan dari dan ke kawasan situs megalitikum.
Keenam, mempersiapkan dan memperkuat ekosistem pariwisata berbasis masyarakat lokal untuk dapat menjadikan rumah mereka sebagai home stay, suguhan atraksi tradisi budaya serta menjadi sumber informasi terpercaya atau rambu-rambu sebagai petunjuk bagi meraka yang berkunjung ke kawasan megalitikum.
Ketujuh, menyusun kalender event Festival Megalitikum Berbasis Kawasan yang dikerjasamakan dengan komunitas seni budaya, sebagai triger bagi kunjungan wisatawan. Kedelapan, melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga riset baik dalam dan luar negeri, untuk pendalaman tentang kawasan dan sejarah megalitikum.
Kesempilan, mendorong kerja sama media lokal, nasional dan internasional untuk melaksanakan publikasi dan informasi kawasan megalitikum. Sepuluh, menjadikan megalitikum sebagai pengetahuan budaya dan sejarah bagi masyarakat Sulawesi Tengah melalui kurikulum muatan lokal dalam berbagai jenjang pendidikan di Sulawesi Tengah.
Sebagaimana keinginan Gubernur Sulawesi Tengah, bahwa pasca pencanangan akan dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya Seminar Megalitikum berskala Nasional dan Internasional serta pelaksanaan kegiatan Festival Tematik Megalitikum di Kawasan Tampo Lore, sebagai wujud komitmen dan konsistensi dalam pengembangan dan pemajuan kebudayaan nasional.
Bisa jadi, akhir dari keberadaan megalitikum tersebut akan memberikan kesimpulan bahwa sumbangsih peradaban dunia dari ras Melayu berada di Sulawesi Tengah, sebagaimana yang selama ini dipikirkan oleh Gubernur Sulawesi Tengah, H. Rusdi Mastura.(mch)